Senin, 18 April 2011

Membuat Film Dokumenter

Tradisi audiovisual  teknologis, telah terbentuk. Saya sangat percaya itu. Bahwa masyarakat semakin cerdas kemampuan apresiasinya, sangat saya pahami. Jujur, saya tidak pernah menganggap masyarakat mempunyai daya apresiasi yang rendah. Penonton film kita, adalah pribadi pribadi yang cerdas. Begitu selektif dalam memilih bentuk film yang mereka ingin apresiasi.

Saya agak kaget, ketika membua accout ziddu, saya. Saya adalah pembuat film. Setiap film saya up-load lewat ziddu. Saya adalah member baru. Mungkin baru satu bulan. Namun, dalam satu bulan lebih dari 190 orang men-download film film saya. Hitung hitungannya, dalam sehari akan ada minimal 3 orang yang mendown-load yang saya berikan secara gratis.

Misalnya, saya pernah membuat film tentang yang mengalami diskriminasi dan tanpa pernah dihargai hak mereka. Film ini memang telah diputar di lebih dari 20 festival film internasional dan akhirnya menjadi Best Film di Cinemanila Int Film Festival Philiphines  2007 dan menjadi Best Film di Culture Unplugged Film Festival India 2010. Film dengan judul RENITA RENITA :
adalah film yang paling banyak di download. Apakah karena banyak memperoleh apresiasi d i forum Internasional. Bahkan film saya yang lain tentang seorang penyair Sapardi Djoko Damono juga banyak di download dengan judul “AKU INGIN” :

lalu saya berpikir, apa benar bahwa saat ini masyarakat mulai menggemari jenis film dokumenter ? Film yang tidak sekadar menonjolkan aspek hiburan fiktifnya, namun lebih mendekatkan kita pada kondisi yang sesungguhnya. Aspek edukasi, informasi adalah hal utama dalam film dokumenter. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar