Kamis, 14 April 2011

Heavy Metal adalah : Nasib

"Saya sejak dulu mencari uang untuk anak saya. Kenapa ketika sudah besar, mereka mencari uang untuk dirinya sendiri". Kata Chan kepada temannya.
Perangkat teknologi dan besi tak bisa lepas dari diri kita hari ini. Hari ini kita gunakan, namun besok sudah menjadi sampah. Komputer yang saya pakai, mungkin masih fungsional untuk saat ini. Beberapa tahun lagi akan menjadi : sampah !!  Komputer butuh up grade ! Perangkat dari besi, juga demikian. Berkarat dan buang !
2 juta ton sampah dihasilkan negeri China setiap tahun. Ini berasal dari perangkat, peralatan rumah tangga. Hendak dikemanakan sampah itu ? Didaur ulang tentunya. Lalu, siapa yang mengerjakan daur ulang, menghancurkan, mempreteli sampah sampah itu ? Robot  ataukah manusia ? Jika sudah ada pabrik penghancur sampah dengan tenaga robot, tentu ia dengan senang hati melakukannya. Tetapi, apakah sudah terpikirkan bahwa produksi produk yang terus menerus, telah menghadirkan desain pembuangan sampahnya ?
Heavy Metal, adalah sebuah film yang menarik. Sebuah film dokumenter karya sutradara Huaqing Jin, berdurasi 50menit. Film ini tidak berkisah tentang wajah musik heavy metal. Heavy Metal, adalah kisah orang orang yang hidup dari sampah besi dan sampah perangkat peralatan rumah tangga.
Heavy Metal, adalah wajah wajah masyarakat China. Setiap hari mereka menganngkat, membersihkan, sampah sampah produk elektronik dan besi. Sutradara mengikuti keseharian keluarga penambang sampah. Para pekerja dikoordinasi dalam sebuah tempat penampungan sampah, bukan pabrik. Pekerjaan mereka, memisahkan komponen monitor, cpu-komputer, memotong plat besi. Semua diurai menjadi serpihan dan bagian kecil kecil.
Dramaturgi tidak saja dibangun dari aspek deskripsi etnografisnya saja. Sutradara menjadikan sampah, menjadi sebuah panggung. Para pekerja adalah aktor aktor yang dimainkan oleh Huaqing Jin. Chan harus meninggalkan desanya, merantau menjadi buruh kasar. Logika sederhana akan terlacak. Kemiskinan, menjadi factor pemicu dari arus urbanisasi. Konflik semakin merangkak. Istri Chan, marah karena suami tidak pulang membawa uang. Sementara tagihan bank dan bunganya terus merangkak naik. Persoalan pararel, juga disodorkan tentang bagaimanakah para pekerja menanggulangi kemiskinan.
Menjadi pekerja sampah elektronik, ternyata tak banyak membantu. Lalu, aspek kultural sebagai pemanis, juga disuguhkan. Bahwa para orangtua harus bertanggung jawab pada anak anaknya hingga dewasa, hingga menyiapkan rumah untuk mereka kelak. Dengan sangat bersahaja, persoalan mulai terurai. Chan bertemu dengan pamannya, yang sakit asma. Paman kini harus tergantung obat.
Sebagai sebuah karya, Huaqing Jin nampaknya mengabaikan mashab gambar. Tetapi lebih pada peristiwa. Bagaimana peristiwa itu lebih penting, untuk dibagikan kepada penonton. Ada satu kedekatan yang intim, antara Huaqing Jin dan subyek subyeknya. Butuh resep yang tidak sederhana, untuk mencapai taraf ini, tentunya.
Di ending film, Chan datang berobat ke dokter. Hasil foto medis paru paru mengungkapkan, ia terancam terserang asma dan kangker. Semua itu berasal dari debu metal dari sampah elektronik. Saran dokter : Carilah kerja yang lain ! Dan Chan tak menjawab. Akankah ia menjadi semakin miskin meninggalkan pekerjaannya ?
Heavy Metal, tidak saja menjadi sebuah film yang intim dan bersahaja. Ada pertanyaan yang lantas saya pikirkan : tentang sampah sampah elektronik. Tidakkah kita sadar, computer yang saya pakai menulis ini kelak menjadi sampah ? Apakah bisa didaur ulang ? Ada baiknya kita sedikit peduli dengan segenap sampah. Ini segenap persoalan yang terus menggunung dan akan seperti bola salju.
Bukankah demikian ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar